JAKARTA - Inflasi pada 2013 meningkat menjadi 8,38 persen dari hanya 4,30 persen pada 2012, atau berada di atas sasaran inflasi yang telah ditetapkan Bank Indonesia (BI) sebesar 4,5 plus minus 1 persen.
Direktur Departemen Komunikasi, Peter Jacobs, menjelaskan bahwa kenaikan inflasi terutama disebabkan dampak gejolak harga pangan domestik serta pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada akhir Juni 2013.
"Kenaikan harga BBM bersubsidi telah mendorong kenaikan harga-harga baik dampak langsung maupun dampak lanjutan (second round effect)," jelas dia dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (9/1/2014).
"Meski demikian, tekanan inflasi berangsur-angsur dapat dikendalikan dan jauh lebih rendah dibandingkan saat kenaikan harga BBM beberapa tahun sebelumnya," tambah dia.
Dia melanjutkan, respon kebijakan BI dan koordinasi kebijakan yang erat dengan Pemerintah dalam mengendalikan second round effect dapat meredam tekanan inflasi sehingga kembali pada pola normalnya sejak September 2013.
Oleh karenanya, Ke depan BI meyakini inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 4,5 plus minus 1 persen pada 2014 dan 4 plus minus 1 persen pada 2015.
"Untuk memperkuat pencapaian sasaran inflasi tersebut BI akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah Pusat, dan Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendali Inflasi (TPI) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID)," tukas dia.
Analisis: Inflasi pada 2013 meningkat menjadi 8,38 persen dari hanya 4,30 persen pada 2012, atau berada di atas sasaran inflasi yang telah ditetapkan Bank Indonesia (BI) sebesar 4,5 plus minus 1 persen. Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga BBM bersubsidi yang telah mendorong kenaikan harga-harga lainnya. kebijakan BI dan koordinasi kebijakan yang erat dengan Pemerintah dalam mengendalikan second round effect dapat meredam tekanan inflasi sehingga kembali pada pola normalnya sejak September 2013.
Sumber: http://economy.okezone.com
0 comments:
Post a Comment